hari ini hari sabtu, dan itu berarti dia pasti ada di sana. di tepi laut, di atas karang menatap lautan luas. tersenyum…
dia suka sekali bercakap-cakap dengan angin. wajahnya sedikit mendongak mengarah rembulan setiap kali dia tertawa mendengar gurauan sang ombak. terdengar renyah, lepas, bebas, tanpa batas…
air matanya senantiasa mengalir saat sang angin meniupkan keluhan.
dialah sang wanita laut, julukan yang diberikan oleh nelayan setempat. seorang wanita yang mampu bicara dengan samudra…
hari berganti,
malam menguap dihempas lembut hangat sinar sang fajar. sebuah bunyi mendering lembut dari handphone model terbaru di saku jaketnya. alarm.
“waktu kita sudah habis adikku, aku harus pulang…”
dengan pelan tapi penuh percaya diri dia mengangkat tubuhnya, melangkah menuruni batu karang yang telah memeluknya semalaman. seorang pria setengah baya menyambutnya dengan penuh hormat sambil membukakan pintu sebuah mobil mewah.
“kita pulang, pak min…”
“baik bu”
di sana, di tengah laut, di antara gulungan ombak…sosok itu menatap kepergian sang wanita laut dengan seksama, penuh perhatian dan sayang…
“sampai jumpa, mbak…”
dua puluh empat tahun yang lalu, di tempat yang sama
“ibu, kenapa ari-ariku dibuang ke laut?”, gadis kecil itu bertanya heran
“sang ibu tersenyum, “suatu saat nanti engkau akan tahu anakku…”