Hari ini anakku rewel terus. Sebenarnya bisa dimengerti, jangankan anakku yang masih tiga bulan aku saja kalau nggak ingat malu juga pasti sudah menangis. Nggak tahan panasnya. Luar biasa!
Cuaca mendung mendekati hujan, dan pada saat seperti ini memang suhu udara jadi pengap dan panas luar biasa. Kami sampai bingung menghadapi tangisan embun bening. Perlu diketahui anak saya kalau lagi serius nangisnya satu kampung bisa geger.
Tapi kami bisa sedikit lega saat awan menghitam di langit meleleh dan berubah menjadi hujan yang mengguyur bumi. Seger! Dan tesha (nama panggilan anakku) juga langsung pulas tidurnya.
Hujan bagi saya merupakan suatu kejadian yang luar biasa. Sekali-kali coba deh pandang hujan hanya sebagai hujan saja. Lupakan tentang proses penguapan air, pembentukan mendung kemudian blablabla…dan turun ke bumi sebagai air blablabla…
Lihat fenomena alam ini apa adanya tanpa mengingat pelajaran SD dulu. Indah sekali!
Saya suka segala sesuatu tentang hujan. Kecuali…
Aku rebahkan jiwa raga yang lelah ini, setelah seharian tesha menangis akhirnya dia tidur juga. Kecapekan nangis mungkin…
Suara air yang menghantam genteng rumahku begitu menderu, membawa perasaan nyaman di hati. Air memang luar biasa bukan? Manusia takkan bisa bertahan tanpa air, tetapi sekaligus manusia juga tak dapat bertahan dari air yang meluap. Sekilas kejadian-kejadian banjir dan tsunami teringat kembali olehku.
“Air…”
Kata air yang menghembus bersama dengan nafas lelah mengantarku ke alam mimpi…
zzzzzzzzzzhhhhh….
***
Aku tidak kenal tempat aku berada saat ini. Aku merasa bingung! Tak satu pun orang-orang yang mengerumuniku ini aku kenal. Siapa mereka? Dimana aku?
Mereka semakin rapat mengurungku.
“Siapa kalian? Mau apa? Kenapa kalian mengepungku?”, tak ada satu pun tanggapan dari mereka. Mereka terus merapat dan tidak meninggalkan sedikitpun celah bagiku untuk melarikan diri.
Dan tanpa aku duga sebelumnya tiba-tiba mereka semua membuka mulut dan meludah ke arahku.
Apa-apaan ini?!?!???
Badanku jadi basah semua, wajah, rambut, semuanya basah…
Aku marah tapi mereka begitu banyak, tidak mungkin seorang diri aku bisa mengalahkan mereka. Apa yang harus aku lakukan?
“Paaahhhhhh….!!!!”
Itu suara isteriku! Dimana dia?
“Aku disini mah!!! Tolong aku!!!” aku berteriak sambil menyeka wajahku yang basah.
“Pahh!!!!! Bangun!!!! Ngapain teriak-teriak!??!!! Gentengnya bocor kok malah teriak-teriak nggak jelas…ayo cepetan bangun ambil ember. Kalau banjir gimana??? Cepetan, basah semua tuh kasurnya!!!”
Dan akupun hanya bisa bengong…
“Malah bengong!!! Cepetan..!!!!!!”
Dan akupun sudah nggak bisa bengong…